Friday, January 12, 2007

AS Peringatkan Iran

Pelintiran judul dari Kompas nih. Padahal beritanya AS menyerang konsulat Iran di Irak. Hei Kompas, kenapa kau berpihak sekali sama AS? Karena Iran adalah Republik Islam?

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0701/13/ln/3237004.htm

Washington, Kamis - Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice mengatakan, AS tidak akan berdiam diri dan berpangku tangan jika Iran berencana mengacaukan strategi baru untuk Irak.

Saat diwawancarai wartawan, seusai berbicara di hadapan Kongres AS menyangkut rencana baru Presiden AS George W Bush untuk Irak, Kamis (11/1), Rice mengatakan, pihaknya tak akan berspekulasi mengenai operasi apa yang akan dilakukan AS.

"Namun, yang jelas AS tidak akan berdiam diri," kata Rice beberapa jam setelah pasukan AS menahan lima warga Iran di Arbil, Irak utara.

Meski menolak mengeluarkan komentar mengenai operasi AS di Arbil itu, Rice menegaskan tekad AS untuk menumpas segala bentuk "serangan regional" Iran sudah bulat. Pasukan AS menahan enam warga Iran itu segera setelah Bush mengumumkan strategi baru untuk Irak. Dalam salah satu poin strategi baru itu juga ada strategi melawan keterlibatan Suriah dan Iran di Irak. "Rencana Bush adalah memutus jaringan mereka di Irak," kata Rice.

Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Senator Joe Biden dari Demokrat mengingatkan Rice bahwa Kongres akan langsung campur tangan jika Bush tampak mulai mengalihkan perhatiannya ke Iran. "Bush hanya boleh menggunakan kekuatan di Irak. Tidak termasuk Iran. Bush harus memperoleh persetujuan dari Kongres untuk memerintahkan serangan militer ke Iran," ujarnya.

Di hadapan Kongres, Rice juga menegaskan penolakan pemerintahan Bush untuk berdialog dengan Iran guna memulihkan keamanan di Irak. Padahal, solusi itu termasuk salah satu rekomendasi Kelompok Kajian Irak (Iraq Study Group) dan ahli-ahli kebijakan luar negeri.

Alasan penolakan itu, kata Rice, Iran bisa saja mencari cara seperti tawaran dialog demi kepentingan pribadi Iran. AS yakin Iran akan meminta imbalan terkait program nuklir jika membantu Irak. "Itu bukan diplomasi, tetapi pemerasan," kata Rice.

Kepala Pusat Penelitian Timur Tengah di Dubai Abdulaziz Sager menyebutkan, skenario terburuk yang mungkin akan terjadi adalah konflik bersenjata antara AS dan Iran. "Jika konflik itu terjadi, akan memperburuk situasi keamanan kawasan itu," ujarnya.

Warga Iran

Penahanan lima warga Iran yang bekerja di konsulat jenderal di Arbil oleh pasukan AS memicu ketegangan diplomatik. Pemerintah Iran dan pemerintah regional Kurdi di Irak menuding pasukan AS menyerbu masuk gedung diplomatik yang dilindungi hukum internasional. Kedua pemerintah itu menuntut kelima warga Iran itu segera dibebaskan.

Namun, berdasarkan keterangan juru bicara Pentagon yang ada di Washington, gedung itu bukan gedung konsulat. Kelima warga Iran yang ditahan itu juga "diduga terlibat dalam kegiatan-kegiatan untuk menyerang tentara AS dan Irak".

"Kami tidak tahu apa alasan pasukan AS menahan lima karyawan kami dan mengambil semua dokumen dan komputer yang ada. Lagi pula pasukan AS tiba-tiba datang malam-malam," kata seorang diplomat Iran yang tidak mau disebutkan namanya.

Pemerintah Iran marah besar dan mengecam keras tindakan AS yang telah melanggar segala macam aturan internasional. "Kami berharap Pemerintah Irak segera membebaskan warga kami dan mengecam pasukan AS. Jangan sampai AS mengganggu hubungan kedua negara dengan tindakan AS yang ilegal dan spontan seperti itu," kata pejabat senior di Departemen Luar Negeri Iran kepada Duta Besar Irak Mohammed Majid al-Sheikh.

Juru bicara Pemerintah Irak, Ali al-Dabbagh, menegaskan, saat ini pihaknya tengah menyelidiki masalah itu. "Kami perlu mengidentifikasi terlebih dahulu lima warga Iran yang ditahan itu dan alasan penahanannya. Kantor itu sudah sekitar 10 tahun berada di Arbil. Itu pun sudah dengan izin dari Pemerintah Irak," ujarnya.

Menlu Irak Hoshyar Zebari dari Kurdi menyatakan, kelima warga Iran itu memang bekerja di kantor konsulat dan telah memperoleh izin dari pemerintah dan sedang dalam proses diangkat sebagai konsulat. Selain itu pasukan AS juga, kata Zebari, berusaha menangkap satu orang lagi di bandara Arbil. Sempat terjadi perselisihan dengan tentara Kurdi yang tengah berjaga di situ.

"Kami sama sekali tidak mau Irak akhirnya menjadi arena perang antara Iran dan AS," kata Zebari kepada stasiun TV CNN.

Militer AS mengeluarkan pernyataan tertulis yang menyebutkan bahwa salah satu dari lima warga Iran yang ditahan itu telah bebas. (AFP/AP/LUK)