Tuesday, July 11, 2006

Piala Dunia 2006: Materazzi Akui Tuding Zidane Arogan

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0607/12/utama/2805115.htm

Editorial note: gaya berita satu sisi. Dan, sepertinya cenderung melemahkan Zidane. Memang, Zidane belum juga menceritakan sisinya, tapi kata-kata pemain Italia ini cenderung memojokkan.

Roma, Selasa - Misteri kata-kata Marco Materazzi, pemain bertahan tim Italia, kepada kapten Perancis Zinedine Zidane, secara perlahan mulai terkuak. Materazzi mengakui telah menganggap Zidane arogan, namun membantah spekulasi bahwa ia melecehkan playmaker Perancis itu, dengan kata-kata kasar tentang ibu dan kakak perempuannya. Ia juga membantah menyebut Zidane sebagai teroris.

Spekulasi penghinaan terhadap Zidane muncul setelah ada pernyataan pembaca gerak bibir Inggris, Jessica Rees. Rees disewa harian The Times, untuk mempelajari ucapan Materazzi melalui gerak bibir rekaman video. "Melalui studi yang melelahkan dan bantuan penerjemah bahasa Italia, Rees menyimpulkan bahwa Materazzi menyebut Zidane 'anak pelacur teroris', sebelum menambahkan umpatan tertentu", tulis The Times.

Fantastico, program dari stasiun TV "Globo" di Brasil, juga menyewa pembaca bibir. Setelah dianalisis, Fantastico meyakini, Materazzi dua kali menyatakan kata-kata penghinaan terhadap kakak perempuan Zidane, sebelum kemudian menambah satu kata umpatan.

Insiden Zidane menanduk dada Materazzi terjadi di babak kedua perpanjangan waktu partai final Piala Dunia 2006 di Olyimpiastadion, Berlin, Senin (10/7) dini hari WIB. Italia merebut Piala Dunia untuk keempat kalinya, setelah menang 5-3 lewat adu penalti. Hingga babak perpanjangan waktu, skor imbang 1-1. Namun, peristiwa tandukan Zidane yang berbuntut kartu merah wasit Horacio Elizondo, menjadi kontroversi yang banyak diperbincangkan orang.

Gaya super arogan

Saat ditanya wartawan, Selasa kemarin, Materazzi menilai Zidane arogan karena pemain berdarah Aljazair itu memandangnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, setelah Materazzi memegang kostum Zidane.

"Saya pegang kausnya...hanya dalam sekian detik, lalu dia berbalik memandang saya, dan (kelihatan Red) mengejek saya, melihat saya dengan gaya super arogan, dari atas ke bawah dan berkata: 'Jika mau kostum saya, nanti saja'. Itu betul adanya, (maka Red) saya balas dengan kasar juga", ujar Materazzi, seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.

Soal sinyalemen bahwa ia melecehkan ibu dan kakak perempuan Zidane, Materazzi menyanggah. "Itu umpatan yang anda dengar dua belas kali sehari, dan sesudah itu dilupakan. Jelas-jelas saya tidak mengatakan dia teroris; saya tidak tahu, benar-benar tidak tahu apa itu teroris. Satu-satunya teroris buat saya hanya dia", kata Materazzi, menunjuk putrinya yang berumur 10 bulan, dan duduk di sampingnya, di pesawat yang membawa tim Italia pulang.

"Saya tidak berkomentar tentang ibu Zidane, bagi saya figur ibu begitu sakral", tambah bek Inter Milan itu. Terkait insiden itu, koran Corriere della Sera menulis bahwa pemain kelahiran 19 Agustus 1973 itu, kehilangan ibundanya saat masih berusia 14 tahun, sehingga ia tak mungkin melecehkan ibu Zidane.

Agen Zidane, Alain Migliaccio mengungkapkan, kapten Perancis itu mengatakan kepadanya bahwa Materazzi, "menyatakan hal sangat serius kepadanya, tetapi tidak berkata apa itu". Akan tetapi, lanjut Migliaccio, apa pun yang dikatakan Materazzi, sudah cukup membuat Zidane marah.

"Zizou (panggilan akrab Zidane Red) hanya bereaksi atas sesuatu. Celakanya, dia tidak dapat mengontrol emosi. Menyedihkan sekali melihat dia mengakhiri karier internasional dengan cara seperti itu", kata Aime Jacquet, Pelatih Perancis saat mereka juara pada 1998. (AP/AFP/ADP)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home