Monday, July 03, 2006

Inggris: Tokoh Muslim Keluhkan Aksi Antiterorisme yang Berlebihan

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0607/04/ln/2778462.htm

Berita ini cukup fair juga, memberitakan tentang keresahan komunitas Muslim di Inggris.

London, senin - Operasi antiterorisme di Inggris yang berlebihan melalui serbuan ke sejumlah tempat dan pencarian secara acak di jalan-jalan menyebabkan kepercayaan terhadap polisi semakin menipis karena sering kali penyerbuan tersebut gagal menemukan sesuatu yang mencurigakan.

"Jika kesalahan-kesalahan tersebut terjadi dan terjadi lagi, hal itu menciptakan sebuah kesenjangan kepercayaan antara masyarakat dan polisi. Kami ingin kekuatan polisi kami lebih profesional. Mereka harus melindungi seluruh komunitas, termasuk Muslim," ungkap Dr Muhammad Abdul Bari, Sekjen Dewan Muslim Inggris, kemarin.

Dia juga mengkhawatirkan perlakuan media yang tidak imbang, di mana operasi bersenjata di wilayah berpenduduk Muslim sering kali diliput media secara besar-besaran, tetapi pembebasan tersangka tanpa dakwaan apa-apa tidak mendapat perhatian sama sekali.

"Ini telah menjadi isu utama. Hal itu menciptakan potret yang negatif mengenai komunitas kami," ungkap Bari.

Pandangan Bari itu diperkuat pandangan Profesor Muhammad Anwar, dari Pusat Riset Hubungan Etnik di Universitas Warwick, Inggris. "Warga Muslim dilihat sebagai bahaya dan tidak loyal terhadap negara," ujarnya.

Merasa tak nyaman

Meski penyerangan terhadap warga Muslim dan perusakan masjid dalam beberapa minggu setelah peledakan bom di London, 7 Juli 2005, kini tidak ada lagi, undang-undang antiteror baru yang diperkuat menimbulkan rasa "ketidakamanan" pada warga Muslim karena seringnya dilakukan penahanan dan pemenjaraan tanpa proses hukum yang semestinya.

Menjelang setahun peledakan bom, Bari menguraikan, saat ini merupakan saat-saat yang sulit bagi banyak umat Muslim di Inggris, yang berjumlah sekitar 3 persen dari seluruh penduduk Inggris, atau 1,65 juta jiwa.

"Jelas sekali ada perasaan kurang nyaman di masyarakat. Banyak dari mereka sekali lagi merasakan bahwa Muslim akan mendapatkan tempat paling akhir di media," ujarnya.

Kehidupan memang menjadi relatif lebih sulit bagi sejumlah warga Muslim setelah terjadinya peledakan bom dan operasi pencarian para tersangka pelaku beserta jaringannya.

"Sejumlah warga Muslim menderita secara individu, khususnya dengan meningkatnya operasi pencarian dan penghentian oleh polisi. Kejahatan yang terkait dengan kebencian akibat fobia pada Islam meningkat 600 persen dalam dua bulan pertama setelah bom 7 Juli," tambah Bari yang juga Ketua Masjid London Timur, yang berada tak jauh dari stasiun kereta Aldgate, salah satu lokasi peledakan bom 7 Juli.

Meskipun menghadapi sejumlah masalah setelah 7 Juli, masyarakat Muslim di Inggris diyakini Bari lebih sehat kondisinya dibandingkan warga Muslim di sejumlah negara Eropa lainnya.

"Negara ini telah menunjukkan kesabaran dan toleransi yang tinggi. Warga Muslim pun telah menunjukkan ketabahannya. Dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, kami berada di tempat yang sangat tinggi. Kami bisa berdebat, berargumentasi, tidak setuju, inilah sehatnya demokrasi dan pluralisme," tambahnya.

Sementara dari Konferensi Muslim Eropa di Turki, intelektual Muslim kelahiran Swiss yang mengajar di Universitas Oxford, Tariq Ramadan, menyerukan warga Muslim lebih menyatu dengan arus utama masyarakat Eropa dan siap mengkritik diri sendiri. (AFP/Reuters/OKI)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home